RUANG LINGKUP ASESMEN PERKEMBANGAN
OLEH
:
Nama Kelompok:
1. I
MADE GUSNADI (1211021009)
2. I
PUTU EKA SUJAYA (1211021014)
3. I
KOMANG PEBRI HERMANTARA (1211021023)
JURUSAN
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2014
RUANG LINGKUP ASESMEN PERKEMBANGAN
A. PENDAHULUAN
Setiap
anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu dia selalu tumbuh dan berkembang.
Perkembangan merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh yang bersifat
progresif, teratur dan saling berkaitan. Perkembangan merupakan interaksi
kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain
meliputi perkembangan system neuromuskuler, bicara, emosi dan social. Semua
fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh. Dilihat
dari aspek-aspek perkembangannya, setiap anak memiliki ragam yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lain. Meskipun demikian secara umum para ahli sepakat
bahwa ada pola-pola perkembangan yang cenderung sama dan berlaku bagi sebagian
besar manusia. Jika ada aspek perkembangan anak yang berjalan di luar pola umum
tersebut, mereka dapat dikategorikan mengalami perbedaan atau kelainan
perkembangan. Perbedaan itu ada yang sifatnya lebih lamban atau lebih cepat
dari kebanyakan anak-anak lain yang sebaya.
Untuk
kepentingan pendidikan bagi anak, ada beberapa aspek perkembangan yang perlu
mendapatkan perhatian secara khusus terutama bagi para guru. Ketidakpahaman
atas aspek-aspek perkembangan ini dapat menyebabkan kesulitan dalam pelayanan
pendidikan yan tepat bagi mereka. Gangguan pada aspek-aspek perkembangan anak
akan berimplikasi pada kelancaran perkembangan akademik mereka, seperti
keterampilan membaca, menulis, ataupun berhitung.
B. RUANG
LINGKUP ASESMEN PERKEMBANGAN
Asesmen perkembangan adalah proses pengumpulan
data/informasi secara sistematis terhadap aspek-aspek perkembangan anak yang
diduga berpengaruh terhadap prestasi akademik. Beberapa aspek perkembangan anak
yang perlu diases jika mereka dijumpai mengalami kesulitan belajar termasuk
ABK, yaitu : gangguan motorik, gangguan persepsi, gangguan atensi, gangguan
memori, hambatan dalam orientasi ruang dan arah/spatial, hambatan dalam
perkembangan bahasa, hambatan dalam pembentukan konsep, dan masalah dalam
perilaku. ( Harwell dalam Soendari, T. 2008)
1. Perkembangan
Persepsi
Istilah persepsi
biasanya dipakai sebagai pengertian umum yang mencakup berbagai macam proses
psikofisik. Pengertian itu terutama menyangkut apa yang diterima dan diolah
oleh panca indera serta daya imajinasi dan daya tangkap seseorang. Proses
persepsi berkaitan erat dengan proses kognisi yang merupakan proses mental
untuk memperoleh suatu pemahaman terhadap sesuatu. Kemampuan kognitif berarti
kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu yang terjadi di lingkungannya.
Termasuk dalam proses kognisi tersebut adalah diantaranya sensasi, persepsi,
asosiasi, dan memori.
Persepsi berasal
dari istilah bahasa Inggris ”Perception” artinya tanggapan atau
penerimaan langsung dari sesuatu; daya memahami atau menaggapi sesuatu; proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya. Secara definisi
persepsi dapat diartikan sebagai proses memahami dan menginterpretasikan
informasi sensoris atau kemampuan
intelek untuk menyarikan makna dari data/informasi yang diterima oleh berbagai
indera. Dengan demikian untuk memahami proses persepsi terlebih dahulu harus
dipahami apa yang disebut dengan penginderaan (sensasi/sensori).
Penginderaan
sebetulnya merupakan proses fisiologis. Stimulus yang diterima oleh pancaindera
akan ditransfer ke otak untuk diolah sehingga membentuk sebuah gambaran. Namun
demikian, hasil pembentukan di otak tidak selamanya memberi gambaran seperti
apa yang diinderanya. Misalnya, seorang anak diminta untuk mengamati huruf /d/,
di samping huruf tersebut berderet huruf-huruf lain seperti /p/, /b/,/d/, /a/.
Apabila anak dapat menunjukan huruf /d/ pada deretan huruf-huruf tadi, maka
proses persepsi telah terjadi karena ada penafsiran yang sama. Tetapi jika yang
ditunjuk adalah huuf /a/, maka yang terjadi hanya proses penginderaan.
Sebetulnya anak melihat huruf /d/, tetapi apa yang dilihatnya tidak membentuk
gambaran yang benar. Secara fisiologis ia tidak mengalami gangguan penglihatan,
akan tetapi ia tidak dapat menafsirkan objek yang dilihatnya, dan inilah yang
dimaksud mengalami gangguan persepsi.
Sebagian anak
yang mengalami gangguan persepsi dan ada juga yang tidak. Mereka yang mengalami
gangguan persepsi dapat dipastikan akan mengalami masalah yang lebih berat
dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalaminya. Dampak yang paling nyata
dari gangguan persepsi ini seringkali dirasakan guru ketika mereka belajar
membaca, menulis, berhitung, atau didalam memahami orientasi rung maupun arah.
Persepsi merupakan keterampilan yang dapat dipelajari, maka proses pembelajaran
dapat memberikan dampak langsung terhadap kecakapan perseptual.
Adapun ruang
lingkup perkembangan persepsi terdiri dari: (1) persepsi visual, yang meliputi
persepsi warna, hubungan keruangan, diskriminasi visual, diskriminasi 5 bentuk
dan latar, visual closure, dan pengenalan objek (object recognation),
(2) persepsi auditif yang meliputi kesadaran fonologis, diskriminasi auditif,
ingatan auditif, urutan audititif, dan perpaduan auditif, (3) persepsi
kinestetik (gerak), dan (4) persepsi taktil (perabaan). Berikut penjelasan
singkat mengenai masing-masing jenis persepsi.
Persepsi visual merupakan kemampuan
untuk memahami atau menginterpretasikan segala sesuatu yang dilihat. Persepsi
visual mencakup kemampuan berikut:
a)
Persepsi warna menunjuk pada kemampuan
untuk memahami dan membedakan berbagai warna yang dilihat
b)
Hubungan keruangan menunjuk pada
persepsi tentang posisi berbagai objek dalam ruang
c)
Diskriminasi visual menunjuk pada
kemampuan membedakan suatu objek dari objek yang lain
d)
Diskriminasi bentuk dan latar menunjuk
pada kemampuan membedakan suatu objek dari latar belakang yang mengelilinginya
e)
Visual closure menunjuk
pada kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu objek, meskipun objek
tersebut tidak diperlihatkan secara keseluruhan
f)
Object recognation menunjuk
pada kemampuan mengenal sifat berbagai objek pada saat melihatnya
Persepsi
auditif adalah kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan segala sesuatu
yang didengar. Persepsi ini mencakup kemampuan:
a)
Kesadaran fonologis yaitu kesadaran
bahwa bahasa dapat dipecah ke dalam kata, suku kata, dan fonem (bunyi huruf)
b)
Diskriminasi auditif yaitu kemampuan
mengingat perbedaan antara bunyi-bunyi fonem dan mengidentifikasi kata-kata
yang sama dengan kata-kata yang berbeda
c)
Ingatan auditif yaitu kemampuan untuk
menyimpan dan mengingat sesuatu yang didengar
d)
Urutan auditif yaitu kemampuan mengingat
urutan hal-hal yang disampaikan secara lisan
e)
Perpaduan auditif yaitu kemampuan
memadukan elemen-elemen fonem tunggal atau berbagai fonem menjadi suatu kata
yang utuh.
Persepsi kinestetik merupakan perasaan
yang sangat kompleks yang ditimbulkan oleh rangsangan di otot, urat, dan
pergelangan. Persepsi kinestetik menunjukan kemampuan untuk memahami posisi dan
gerakan bagian tubuh. Persepsi kinestetik memungkinkan seseorang memiliki
kemampuan:
a)
Diskriminasi letak anggota badan;
kanan-kiri, atas-bawah
b)
Diskriminasi bentuk tubuh; besar-kecil,
panjang pendek
c)
Diskriminasi gerak tubuh; kiri-kanan,
maju-mundur
Persepsi taktil berhubungan dengan
kepekaan kulit terhadap sentuhan atau rabaan, tekanan, suhu dan nyeri. Persepsi
taktil menunjukan kemampuan mengenal berbagai objek melalui perabaan.
Kepentingan persepsi taktil berkaitan dengan kemampuankemampuan untuk:
a)
Diskriminasi permukaan kasar-halus,
keras-lembek
b)
Menelusuri bentuk-bentuk geometri
c)
Menelusuri bentuk huruf dan angka
d)
Menelusuri kata (seperti membaca huruf
braille)
Asesmen
perkembangan persepsi ditujukan untuk menghimpun informasi tentang tahap
perkembangan persepsi anak yang dapat membantu guru dalam memahami kemampuan
persepsi anak yang meliputi persepsi visual, persepsi auditif, persepsi
kinestetik dan persepsi taktil. Asesmen perkembangan persepsi hanya akan
bermakna, jika guru mengetahui materi keterampilan yang dikembangkan dan
tahap-tahap perkembangan anak. Dengan demikian pemahaman yang jelas tentang
konsep dasar perkembangan persepsi pada ABK merupakan dasar yang penting untuk
dapat melaksanakan asesmen secara tepat bagi mereka.
2. Perkembangan
Bahasa
Bahasa merupakan
alat komunikasi yang digunakan manusia dalam mengadakan hubungan dengan
sesamanya. Kemampuan berbahasa seseorang dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu
kemampuan berbahasa pasif (reseptif) dan kemampuan berbahasa aktif (ekspresif).
Kemampuan berbahasa pasif adalah kemampuan memahami pikiran, perasaan, dan
kehendak orang lain. Sedangkan kemampuan berbahasa aktif adalah kemampuan untuk
menyatakan pikiran, perasaan dan kehendak sendiri kepada orang lain. Secara
umum perkembangan bahasa digambarkan oleh Myklebust (Sutjihati, 2006) yang meliputi
: tahap inner language, receptive language, dan expressive language.
Inner
language adalah aspek bahasa yang pertama berkembang, muncul
kira-kira pada usia 6 bulan. Karakteristik perilaku yang muncul pada tahap ini
adalah pembentukan konsep-konsep sederhana, seperti anak mendemonstrasikan
pengetahuannya tentang hubungan sederhana antara satu objek dengan objek yang
lainnya. Tahap berikut dari perkembangan inner language adalah anak dapat
memahami. hubungan-hubungan yang lebih kompleks dan dapat bermain dengan mainan
dalam situasi yang bermakna. Bentuk yang lebih kompleks dari perkembangan inner
language adalah mentransformasikan pengalaman ke dalam simbol bahasa.
Receptive
language muncul kira-kira pada usia 8 bulan. Pada tahap ini
anak mulai mengerti sedikit-sedikit tentang apa yang dikatakan orang lain
kepadanya. Anak mulai merespon apabila namanya dipanggil dan mulai sedikit
mengerti perintah, menjelang kira-kira 4 tahun anak lebih menguasai kemahiran
mendengar, dan setelah itu proses penerimaan (receptive process) memberi
perluasan kepada sistem bahasa verbal.
Expresive
language merupkan tahap terakhir dari perkembangan bahasa.
Menurut Myklebust, expresive language berkembang setelah pemantapan
pemahaman. Bahasa ekspresif anak mulai muncul kira-kira pada usia satu tahun.
Berikut
tahap perkembangan bahasa anak mulai dari usia satu tahun sampai dengan 7 tahun
(Amin, M. 1995) :
Usia
|
Perkembangan Bahasa
|
1 tahun
|
Mengucapkan 3 kata atau lebih,
misalnya: mama, mimi, dada
Memberikan reaksi suara terhadap mainan
atau suara
Memperhatikan dan memberikan reaksi
terhadap pembicaraan yang panjang
Memberikan reaksi verbal terhadap
beberapa perintah
Memberikan mainannya ketika diminta
|
1,5 tahun
|
Mengenal nama berbagai bagian tubuh
Menunjukan mata, hidung, dan telinga
Mengulang kata-kata yang didengarnya
Memahamim pertanyaan sederhana
Melaksanakan dua perintah yang
berurutan mengenai benda-benda, seperti;
ambil bola, duduk di kursi, dll
Membuat asosiasi dan mengingat
kata-kata berdasarkan pada kategori
9
(misal: makanan, binatang,dll)
Mulai bicara tanpa bantuan gerak
|
2 tahun
|
Sesekali menggunakan kalimat yang
terdiri dari 3 kata
Menunjuk kepada diri sendiri dengan
namanya
Memilih satu kata dari lima atau enam
kata yang disebutnya
Mempelajari nama binatang dari buku
|
2,5 tahun
|
Mengenal nama dan gambar
Mengerti kata kerja dan kebanyakan
kata sifat
Menjawab dengan tepat pertanyaan ”kamu
laki-laki atau perempuan?”
Membicarakan gambar buatannya sendiri
|
3 tahun
|
Mengikuti tiga perintah sederhana
Mengerti arti di atas, di bawah, di
depan, belakang, dll
Menggunakan bunyi-bunyi t, n, k, g,
ng, pada kata
Mengucapkan bunyi huruf y, f, v, dalam
kata-kata
Mengulang tiga kata
Menggunakan kalimat yang terdiri dari
empat kata
Senang berbisik dan memberikan reaksi
pada bisikan
Menerangkan jenis kelamin, menyebut
nama lengkap dan menerangkan
peristiwa secara sederhana
|
4 tahun
|
Menjawab pertanyaan sederhana
Menggunakan kalimat yang kompleks
Berkomunikasi untuk menghubungkan
pengalaman dan mencari
pengetahuan yang diperlukannya
Membuat kesalahan artikulasi terhadap
bunyi konsonan l, r, s, t, sh, ch, j atau
th; menguasai bunyi b, p, m, w dan h
Mengenal warna-warna
Memberikan reaksi terhadap gambar
dengan lima kata
|
5 tahun
|
Mengetahui banyak lawan kata
Menghitung benda sampai 10
Mengulang 4 bilangan
Memberikan definisi benda-benda
berdasarkan kegunaan seperti; garpu,
10
sendok, pensil, gunting, dll
Membuat kekeliruan artikulasi
|
6
tahun
|
Menguasai bunyi huruf: f, v, s, dan z
Memberikan respon terhadapgambar
dengan 7 kata
Menanti gilirannya yang tepat dalam
pembicaraan
Memberi dan menerima keterangan
|
7
tahun
|
Menjawab pertanyaan mengenai
persamaan, misalnya; “apakah persamaan
kedua benda ini?”
|
Asesmen
perkembangan bahasa ditujukan untuk mengumpulkan atau menghimpun data/informasi
tentang aspek-aspek perkembangan bahasa yang meliputi kemampuan memahami makna
kata, kemampuan untuk mengekspresikan diri secara verbal, dan kemampuan dalam
pelafalan (artikulasi), sehingga dapat membantu guru dalam memahami tingkat dan
kemampuan belajar bahasa anak.
3.
Perkembangan Motorik
Keterampilan
motorik adalah gerakan-gerakan tubuh atau bagian-bagian tubuh yang disengaja,
otomatis, cepat dan akurat. Gerakan-gerakan ini merupakan rangkaian koordinasi
dari beratus-ratus otot yang rumit. Perkembangan motorik berarti perkembangan
pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan
otot yang terkoordinasi. Perkembangan motorik meliputi kemampuan dalam
melakukan gerak, baik yang bersifat gerakan kasar, gerakan halus, keseimbangan dan
koordinasi.
Kemampuan
gerakan kasar (gross motor) adalah gerak tubuh yang menggunakan sebagian
besar atau sekumpulan otot-otot besar dan biasanya memerlukan tenaga. Contoh
gerakan kasar adalah: merangkak, berdiri, berjalan, mendorong, naik/turun
tangga, berjingkrak, melompat, menendang, melempar, dan lain-lain. Sedangkan
kemampuan motorik halus (fine motor) adalah kemampuan gerak yang hanya
menggunakan otot-otot tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil yang
membutuhkan koordinasi gerak dan daya konsentrasi yang baik.
Usia
|
Perkembangan Motorik
|
12 bulan
|
Berusaha tegak dengan berlutut
Berjalan dengan berpegang sebelah
tangan
Merangkak bebas
|
13-14 bulan
|
Berdiri sebentar
Berjalan mundur satu dua langkah
Bergoyang-goyang mengikuti irama musik
|
15-16 bulan
|
Berjalan beberapa langkah
Berlutut sendiri, jatuh terduduk
Merangkak atau memanjat tangga
Tegak berdiri dan berjalan
Membungkuk dan tegak kembali
|
17-18 bulan
|
Berjalan sendiri tanpa bantuan
Menaiki tangga dengan berpegangan
Duduk sendiri
Menendang bola
Menarik alat main sambil berjalan
mundur
Menaiki rintangan
|
19-20 bulan
|
Berusaha berjalan di atas garis lurus
(sampai kira-kiar 3 meter dengan
12
1-3 kali membuat kesalahan)
Mampu dan mau bermain dengan alat yang
menyerupai tongkat
Memasukan pasak ke dalam lubangnya
(yang memepunyai garis
tengah kira-kira 1,5 cm)
|
21-22 bulan
|
Naik tangga sambil berpegang dengan
satu pegangan
Turun tangga dengan dipegang sebelah
tangan
Berjongkok waktu bermain
Berdiri di atas satu kaki dengan
bantuan
Berjalan mundur
|
25-27 bulan
|
Dapat berlari
Naik dan turun tangga tanpa berganti
kaki
Menyepak bola atas perintah
Bangun miring, melompat dari bawah
dengan satu kaki
|
2,5 tahun
|
Berjalan dengan ujung jari kaki
Melompat dengan dua kaki bersama-sama
Mencoba berdiri di atas satu kaki
Berdiri dengan dua kaki di atas balok
keseimbangan tanpa bantuan
Berjalan mengikuti garis yang dibuat
pada lantai
|
3 tahun
|
Berlari dengan jari kaki
Mengendarai sepeda roda tiga
Naik tangga dengan kaki berganti-ganti
Melompat dengan dua kaki
Berdiri dengan satu kaki
Berjalan mundur dengan mudah
|
3,5 tahun
|
Berdiri dengan satu kaki selama 3-5
detik
Koordinasi gerak masih kurang; jatuh,
takut
Berjalan pada balok keseimbangan
dengan dua langkah bergantiganti
atau lebih
Berlari menghindari rintangan/halangan
|
4 tahun
|
Berdiri dengan satu kaki selama 5-10
detik
Berganti-ganti naik turun tangga
dengan satu kaki
13
Melompat di atas benda setinggi 15 cm
|
5 tahun
|
Meloncat dengan satu kaki (kaki
berganti-ganti)
Berjalan mengikuti garis yang dibuat
pada lantai dengan kaki dan
tumit
Berlari, naik kursi dan meja
Melompat dari sessuatu dengan
ketinggian 30 cm
|
6 tahun
|
Sangat aktif, tingkah lakunya konstan
Keseimbangan badan aktif dalam
permainan
Melompat setinggi 30 cm dan jatuh
dengan jari kaki
Berdiri pada salah satu kaki dengan
mata tertutup
Melempar jauh
|
7 tahun
|
Lebih berhati-hati dalam bergerak
Melakukan kegiatan berbeda-beda
|
8 tahun
|
Gerak tubuh lebih berirama dan lebih
indah
Dapat menilai sikap orang lain
|
9 tahun
|
Lebih mampu mengontrol kecepatan
Tertarik pada kesehatannya sendiri dan
senang mengangkat sesuatu
Sering kaku dalam sikapnya
|
Asesmen
perkembangan motorik ditujukan untuk mengetahui informasi tentang aspekaspek
perkembangan motorik anak yang meliputi aspek motorik kasar, motorik halus,
aspek keseimbangan dan koordinasi. Asesmen ini dapat membantu guru dalam
memahami tingkat kemampuan motorik anak. Dengan demikian dapat ditentukan bahwa
ruang lingkup perkembangan motorik meliputi:
a) Kemampuan
untuk melakukan gerakan kasar (gross motor)
b) Kemampuan
untuk melakukan gerakan halus (fine motor)
c) Kemampuan
dalam keseimbangan (balance)
d) Kemampuan
koordinasi (coordination)
DAFTAR PUSTAKA
Amin,
M (1995) Ortopedagogik anak tunagrahita, Jakarta: Departemen Pendiidikan dan Kebudayaan
Berk,
LE (2003). Child Development. 6th edition. New
York: Allyn and Bacon, Inc.
Dhamayanti,
M. (2000) Tumbuh Kembang Anak dan Masalahnya. Bandung: FK
UNPAD
Lewis,
V. (2003). Developmental and Disability. Second Edition. Blackwell Publishing
Company.
Mulyono, A. (2003). Pendidikan Anak
Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Soendari,
T (2008) Modul Pengajaran Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus, Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia
Sutjihati,
T. (2006) Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung. PT Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar